reemill.blogspot.com - Meskipun ini adalah kebiasaan buruk yang berakibat buruk bagi kesehatan manusia, tetap saja masih banyak pria dan wanita yang kecanduan merokok. Pada wanita, berhenti merokok cenderung lebih sulit dibandingkan pria. Para ilmuwan percaya, yang menyebabkan hal ini karena otak wanita bereaksi secara berbeda terhadap nikotin.
Berhenti merokok tentu memberikan banyak manfaat bagi wanita, bahkan diketahui pula larangan merokok menurunkan kelahiran bayi prematur.
Menurut para ilmuwan, reseptor nikotin di otak – yang mengikat nikotin dan meningkatkan kebiasaan merokok – diperkirakan akan meningkat jumlahnya ketika seseorang merokok. Hasil penelitian pada pria mengungkapkan, pria perokok memiliki reseptor nikotin lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. Di sisi lain, perokok wanita memiliki reseptor nikotin mirip dengan wanita bukan perokok.
“Ketika dilihat sesuai dengan jenis kelaminnya, akan ada perbedaan besar,” kata peneliti Kelly Cosgrove, asisten profesor psikiatri di Yale University School of Medicine, seperti dilaporkan oleh LiveScience.
Temuan ini penting karena pengobatan utama bagi mereka yang ingin berhenti merokok adalah terapi nikotin, seperti permen karet nikotin. Menurut Cosgrove, hasil penelitian ini menunjukkan, bagi perokok wanita manfaatnya akan lebih baik jika mereka menggunakan pengobatan yang tidak melibatkan nikotin, misalnya terapi perilaku seperti olahraga atau teknik relaksasi, dan obat yang tidak mengandung nikotin.
Unsur merokok yang tidak berhubungan dengan nikotin seperti bau dan berpura-pura memegang rokok cenderung berdampak besar dalam meningkatkan kebiasaan merokok pada wanita dibandingkan pada pria. Dalam penelitian ini, Cosgrove dan rekan memindai otak dari 52 pria dan 58 wanita, kebanyakan dari mereka adalah perokok. Para peneliti melihat reseptor nikotin di otak menggunakan penanda radioaktif yang secara khusus mengikat reseptor yang tugas utamanya untuk membela diri dari nikotin.
Para perokok dalam penelitian ini, kata Cosgrove, berhenti merokok selama seminggu, sehingga reseptor nikotin mereka dapat terikat oleh tanda tersebut untuk difoto. Para ilmuwan menemukan, pria perokok memiliki lebih dari 16% reseptor nikotin di daerah otak yang disebut striatum, 17% lebih tinggi di otak kecil, dan 13 – 17% lebih banyak di kortikal atau lapisan luar otak, dibanding pada laki-laki yang tidak merokok. Pada perokok wanita, terjadi sebaliknya, hampir sama jumlah reseptor nikotin pada non-perokok di seluruh bagian otak.
Dr. Len Horovits, spesialis paru di Lenox Hill Hospital, New York, menyetujui bila perhatian lebih harus diberikan kepada pengobatan non-nikotin. “Anda bisa saja mengganti semua nikotin yang Anda inginkan, tapi tetap saja masih ada keinginan merokok,” katanya. Misalnya saja, merokok sebagai pelepasan stres bagi sebagian orang.
Alasan penelitian ini terkait dengan gender kemungkinan berkaitan dengan tingkat progesteron. Kadar hormon pada wanita naik turun tergantung siklus menstruasi dan lebih tinggi setelah ovulasi. Pada penelitian ini ditemukan tingkat progesteron dikaitkan dengan rendahnya reseptor nikotin. Ada kemungkinan, progesteron secara tidak langsung menghambat reseptor.
source
Berhenti merokok tentu memberikan banyak manfaat bagi wanita, bahkan diketahui pula larangan merokok menurunkan kelahiran bayi prematur.
Menurut para ilmuwan, reseptor nikotin di otak – yang mengikat nikotin dan meningkatkan kebiasaan merokok – diperkirakan akan meningkat jumlahnya ketika seseorang merokok. Hasil penelitian pada pria mengungkapkan, pria perokok memiliki reseptor nikotin lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. Di sisi lain, perokok wanita memiliki reseptor nikotin mirip dengan wanita bukan perokok.
“Ketika dilihat sesuai dengan jenis kelaminnya, akan ada perbedaan besar,” kata peneliti Kelly Cosgrove, asisten profesor psikiatri di Yale University School of Medicine, seperti dilaporkan oleh LiveScience.
Temuan ini penting karena pengobatan utama bagi mereka yang ingin berhenti merokok adalah terapi nikotin, seperti permen karet nikotin. Menurut Cosgrove, hasil penelitian ini menunjukkan, bagi perokok wanita manfaatnya akan lebih baik jika mereka menggunakan pengobatan yang tidak melibatkan nikotin, misalnya terapi perilaku seperti olahraga atau teknik relaksasi, dan obat yang tidak mengandung nikotin.
Unsur merokok yang tidak berhubungan dengan nikotin seperti bau dan berpura-pura memegang rokok cenderung berdampak besar dalam meningkatkan kebiasaan merokok pada wanita dibandingkan pada pria. Dalam penelitian ini, Cosgrove dan rekan memindai otak dari 52 pria dan 58 wanita, kebanyakan dari mereka adalah perokok. Para peneliti melihat reseptor nikotin di otak menggunakan penanda radioaktif yang secara khusus mengikat reseptor yang tugas utamanya untuk membela diri dari nikotin.
Para perokok dalam penelitian ini, kata Cosgrove, berhenti merokok selama seminggu, sehingga reseptor nikotin mereka dapat terikat oleh tanda tersebut untuk difoto. Para ilmuwan menemukan, pria perokok memiliki lebih dari 16% reseptor nikotin di daerah otak yang disebut striatum, 17% lebih tinggi di otak kecil, dan 13 – 17% lebih banyak di kortikal atau lapisan luar otak, dibanding pada laki-laki yang tidak merokok. Pada perokok wanita, terjadi sebaliknya, hampir sama jumlah reseptor nikotin pada non-perokok di seluruh bagian otak.
Dr. Len Horovits, spesialis paru di Lenox Hill Hospital, New York, menyetujui bila perhatian lebih harus diberikan kepada pengobatan non-nikotin. “Anda bisa saja mengganti semua nikotin yang Anda inginkan, tapi tetap saja masih ada keinginan merokok,” katanya. Misalnya saja, merokok sebagai pelepasan stres bagi sebagian orang.
Alasan penelitian ini terkait dengan gender kemungkinan berkaitan dengan tingkat progesteron. Kadar hormon pada wanita naik turun tergantung siklus menstruasi dan lebih tinggi setelah ovulasi. Pada penelitian ini ditemukan tingkat progesteron dikaitkan dengan rendahnya reseptor nikotin. Ada kemungkinan, progesteron secara tidak langsung menghambat reseptor.
source
0 comments:
Post a Comment