Alex Mitchell meninggal pada tahun 1975 ketika ia tertawa tanpa henti saat menyaksikan acara komedi The Goodies. Kini setelah 37 tahun dokter mulai tahu apa yang menyebabkan kematian misterius dari Mitchell setelah cucunya nyaris meninggal baru-baru ini.
Saat sang kakek meninggal 37 tahun lalu tak ada yang tahu apa penyebabnya.
Petunjuk misteri ini datang ketika cucu dari Mitchell, Lisa Corke (23 tahun) baru saja mengalami serangan jantung fatal saat tengah bersantai di rumahnya.
Dokter kemudian mendiagnosisnya dengan Long QT Syndrome, yaitu bentuk langka dari penyakit jantung yang menyebabkan denyut jantung tidak teratur.
Sindrom ini adalah kondisi yang kemungkinan diwariskan dari sang kakek. Para ahli percaya, Mitchell menderita sindrom tersebut sehingga memicunya mengalami kematian tiba-tiba saat tengah tertawa.
"Kematian kakek saya adalah salah satu kejadian kematian yang cukup terkenal. Saya pikir ia menderita serangan jantung yang disebabkan oleh tawa, tapi dokter menyadari bahwa ia meninggal karena long QT syndromw setelah memeriksa saya," ujar Corke yang tinggal di Isle of Sheppey, Kent, seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (22/6/2012).
Corke menuturkan ia sendiri mengalami serangan jantung cukup fatal yang hampir membuatnya meninggal. Kejadian ini muncul secara tiba-tiba saat ia tengah duduk di rumahnya, beruntung ia segera di bawa ke rumah sakit dan hasil pemeriksaan menunjukkan ia memiliki long QT syndrome.
Sekarang Corke memiliki cardioverter-defibrillator di dadanya yang bisa mendeteksi dan mengoreksi irama jantung yang tidak normal dengan menggunakan sentakan listrik dan ia harus mengonsumsi obat selama sisa hidupnya.
Long QT Syndrome adalah kelainan bawaan dari irama listrik jantung yang diperkirakan mempengaruhi 1 dari 10.000 orang. Biasanya gejala dari penyakit ini muncil di usia remaja, tapi bisa parah di kemudian hari.
Penderita sindrom ini akan mengalami irama jantung yang pendek, cepat an tidak normal sehingga bisa menyebabkan gejala lain seperti pingsan. Kondisi ini bisa dipicu oleh latihan yang terlalu intens, kegembiraan emosional, takut dan bahkan tanpa pemicu.
Umumnya pasien akan diberikan obat yang bisa mengontrol gejala, meskipun beberapa pasien perlu alat pacu jantung untuk mengatur irama detaknya. Jika pernah pingsan saat latihan atau mengalami emosi yang kuat dan terutama ada riwayat dalam keluarga, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Saat sang kakek meninggal 37 tahun lalu tak ada yang tahu apa penyebabnya.
Petunjuk misteri ini datang ketika cucu dari Mitchell, Lisa Corke (23 tahun) baru saja mengalami serangan jantung fatal saat tengah bersantai di rumahnya.
Dokter kemudian mendiagnosisnya dengan Long QT Syndrome, yaitu bentuk langka dari penyakit jantung yang menyebabkan denyut jantung tidak teratur.
Sindrom ini adalah kondisi yang kemungkinan diwariskan dari sang kakek. Para ahli percaya, Mitchell menderita sindrom tersebut sehingga memicunya mengalami kematian tiba-tiba saat tengah tertawa.
"Kematian kakek saya adalah salah satu kejadian kematian yang cukup terkenal. Saya pikir ia menderita serangan jantung yang disebabkan oleh tawa, tapi dokter menyadari bahwa ia meninggal karena long QT syndromw setelah memeriksa saya," ujar Corke yang tinggal di Isle of Sheppey, Kent, seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (22/6/2012).
Corke menuturkan ia sendiri mengalami serangan jantung cukup fatal yang hampir membuatnya meninggal. Kejadian ini muncul secara tiba-tiba saat ia tengah duduk di rumahnya, beruntung ia segera di bawa ke rumah sakit dan hasil pemeriksaan menunjukkan ia memiliki long QT syndrome.
Sekarang Corke memiliki cardioverter-defibrillator di dadanya yang bisa mendeteksi dan mengoreksi irama jantung yang tidak normal dengan menggunakan sentakan listrik dan ia harus mengonsumsi obat selama sisa hidupnya.
Long QT Syndrome adalah kelainan bawaan dari irama listrik jantung yang diperkirakan mempengaruhi 1 dari 10.000 orang. Biasanya gejala dari penyakit ini muncil di usia remaja, tapi bisa parah di kemudian hari.
Penderita sindrom ini akan mengalami irama jantung yang pendek, cepat an tidak normal sehingga bisa menyebabkan gejala lain seperti pingsan. Kondisi ini bisa dipicu oleh latihan yang terlalu intens, kegembiraan emosional, takut dan bahkan tanpa pemicu.
Umumnya pasien akan diberikan obat yang bisa mengontrol gejala, meskipun beberapa pasien perlu alat pacu jantung untuk mengatur irama detaknya. Jika pernah pingsan saat latihan atau mengalami emosi yang kuat dan terutama ada riwayat dalam keluarga, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
0 comments:
Post a Comment